Refleksi Satu Tahun Asta Cita di Bidang Ketenagakerjaan: Menapaki Jalan Transformasi Menuju Keadilan Sosial
 Oleh. : Robert CH. Sitorus, S.H Pengamat Hukum Ketenagakerjaan.
Oleh. : Robert CH. Sitorus, S.H Pengamat Hukum Ketenagakerjaan.
Jakarta, FajarNews– Satu tahun telah berlalu sejak pemerintah meluncurkan Asta Cita sebagai arah pembangunan nasional yang mencerminkan delapan misi prioritas Presiden dan Wakil Presiden. Di bidang ketenagakerjaan, Asta Cita menjadi kompas yang menuntun transformasi struktural menuju ekosistem kerja yang lebih inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.
Arah Strategis: Dari Visi ke Aksi
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menjabarkan Asta Cita ke dalam berbagai program prioritas yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat pekerja. Fokus utamanya mencakup:
Peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan vokasi dan sertifikasi berbasis kebutuhan industri
Perluasan kesempatan kerja lewat program Tenaga Kerja Mandiri (TKM), padat karya, dan kewirausahaan
Penguatan perlindungan pekerja, termasuk pekerja migran dan sektor informal
Transformasi digital layanan ketenagakerjaan, seperti SIAPKerja dan revitalisasi Balai Latihan Kerja (BLK)
Langkah-langkah ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan ekonomi masyarakat secara langsung.
Capaian Nyata di Lapangan
Selama satu tahun terakhir, berbagai indikator menunjukkan tren positif:
Tingkat pengangguran terbuka menurun seiring dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja di sektor industri kreatif, digital, dan hijau
Partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan, didukung oleh program pelatihan berbasis komunitas
Jumlah wirausaha baru yang difasilitasi Kemnaker meningkat signifikan, terutama di kalangan generasi muda
Selain itu, sistem pelindungan pekerja migran Indonesia (PMI) terus diperkuat melalui digitalisasi proses penempatan dan pengawasan.
Tantangan dan Harapan
Meski banyak capaian, tantangan tetap ada. Ketimpangan akses pelatihan antar wilayah, rendahnya literasi digital di kalangan pekerja, serta dinamika pasar kerja global menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama.
Kemnaker menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor—antara pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil—untuk memastikan bahwa transformasi ketenagakerjaan tidak meninggalkan siapa pun di belakang.
Penutup: Menatap Masa Depan
Refleksi satu tahun Asta Cita bukan sekadar evaluasi, tetapi juga momentum untuk memperkuat komitmen dalam membangun ketenagakerjaan yang berkeadilan sosial. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Indonesia menapaki jalan menuju masa depan kerja yang lebih baik bagi semua.(***).







 
                       
                       
                       
                       
                      